Pages

Sabtu, 27 April 2013

BIOGRAFI & Pemikiran "Pradono"

Budi Pradono, Lahir tanggal 15 Maret 1970 di Salatiga. 1995 Menyelesaikan studinya di jurusan arsitek, Universitas Duta Wacana Christian, Jogjakarta.1995-1996 Bekerja di Beverley Garlick Architects PTY. LTD. Sydney- Australia. 1996-1999 Bekerja di PT. International Design Consultants (IDC), Jakarta – San Francisco. 1999-sekarang Bekerja di Budi Pradono Architects, Jakarta. 2002 Menyelesaikan gelar master di Berlage Institute, Rotterdam, Netherlands. 2000-2002 sebagai project architect pada Kengo Kuma & Associates, Tokyo-Japan.
Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Salah satunya konsep 'green' oleh Budi Pradono, seorang arsitek yang sudah dikenal di mancanegara dengan berbagai award internasional yang sudah diraihnya.

Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono menggunakan contoh-contoh dari desain yang ia hasilkan, baik yang menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa ini menuntut kita untuk melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus diberikan pada bangunan yang ‘green’ dengan berbagai kriteria.

‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran 'green' ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.

Profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan yang kuat untuk melakukan perubahan besar dalam metode merancang dan juga melakukan absorbsi teknologi yang cepat agar dapat menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek dalam mengantisipasi pemanasan global, penghematan energy, dan pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggung-jawab. (Budi Pradono)

Yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang 'green' sekaligus memiliki estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan memiliki fasilitas yang mendukung konsep green, namun ternyata secara estetika terlihat kurang menarik. Dalam hal ini, peran arsitek menjadi penting. Standar bangunan yang 'green' juga bisa menuntut lebih banyak dana, karena fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi 'green' tidak murah, misalnya penggunaan photovoltaic (sel surya pembangkit listrik). Teknologi agar bangunan menjadi 'green' biasanya tidak murah.

Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber yang dapat diperbaharui, passive-active solar photovoltaic (sel surya pembangkit listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya.

Konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi energi juga patut diperhitungkan.

Arsitektur hijau tentunya lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman lebih banyak di sebuah bangunan, tapi juga lebih luas dari itu, misalnya memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya.

Budi Pradono menjelaskan tentang konsep 'green' dalam rancangannya melalui contoh, misalnya pada rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi pencahayaan.

Pada 'K-house' yang dirancangnya untuk rumah mungil dengan 3 orang penghuni dan 5 ekor anjing, konsep arsitektur hijau diterapkan pada rancangan desain yang dibuat agar anjing-anjing tidak mudah lepas dan mengganggu tetangganya. Rumah ini mengetengahkan konsep rumah 'kandang' dengan jeruji-jeruji besinya, yang didesain dengan artistik sehingga menghilangkan kesan kandang dan menimbulkan artikulasi arsitektur baru dengan estetika yang unik.

Ahmett Salina Studio di Jakarta Selatan adalah salah satu rancangan dimana open space ditambahkan agar ruang hijau didepan bangunan lebih luas dan dapat digunakan bersama dengan tetangga-tetangganya. Rumah ini juga 'menggunakan dinding tetangga' untuk penghematan resource, serta memanfaatkan elemen bambu untuk secondary skin yang dapat menetralisir panas matahari.

AA house di Cipinang, Jakarta Timur dikonsep dengan keleluasaan ruang-ruang untuk saling overlap satu sama lainnya. Ruang tamu dan musholla dapat dibuka dan mencairkan ruang lebih luas. Roof garden dibuat pada tiap lantai hingga atapnya.

Dari konsep-konsep desain tersebut, terdapat upaya Budi Pradono untuk menghadirkan 'green design' dalam rancangan arsitekturnya, dimana letak 'green' pada tiap bangunan bisa berbeda sesuai dengan tuntutan dan kondisi yang ada. (astudioarchitect.com)

FILOSOFI RUMAH JAWA (JOGLO)

Arsitektur tradisional Jawa terutama di wilayah Jawa Tengah lebih banyak dikenal dengan bangunan Joglo. Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru.

Rumah Joglo pada umumnya hanya dimiliki oleh orang-orang yang berkemampuan materi lebih. Hal ini disebabkan dalam membangun rumah Joglo dibutuhkan material yang banyak dan cukup mahal karena sebagian besar material berasal dari kayu jati serta membutuhkan perawatan tersendiri. Sedangkan dari segi sosial masyarakat, bentuk Joglo dianggap hanya boleh dimiliki orang-orang terpandang terutama dari kalangan bangsawan. Selain itu, pada bangunan Joglo terkandung filosofi yang sesuai dengan kehidupan masyarakat Jawa.

Susunan ruangan pada Joglo umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendhapa, ruang tengah atau ruang yang dipakai untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit disebut pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau omah jero sebagai ruang keluarga. Dalam ruang ini terdapat tiga buah senthong (kamar) yaitu senthong kiri, senthong tengah dan senthong kanan.

PENDHOPOsebagai ruang terbuka berfungsi untuk menerima tamu. Struktur bangunan pada pendhopo menggunakan umpak sebagai alas soko, 4 buah soko guru ( tiang utama) sebagai symbol 4 arah mata angin. dan 12 soko pengarak, serta Tumpang sari merupakan susunan balik yang disangga oleh soko guru. Umumnya tumpang sari terdapat pada pendopo bangunan yang disusun bertingkat. Tingkatan-tingkatan ini dapat pula diartikan sebagai tingkatan untuk menuju pada suatu titik puncak, yang terdiri dari serengat, tarekat, hakekat, dan makrifat. Menurut kepercayaan jawa, tingkatan-tingkatan ini akan menyatu pada satu titik.

NDALEM ini adalah pusat susunan ruang-ruang di sekitarnya. Fungsi utamanya adalah sebagai ruang keluarga. Sifat ruangan ini pribadi, suasana yang ada di dalamnya tenang dan berwibawa. Pada pola tata ruang ndalem terdapat perbedaan ketinggian lantai sehingga membagi ruang menjadi 2 area. Pada lantai yang lebih rendah di gunakan sebagai sirkulasi sedangkan pada bagian yang lebih rendah digunakan sebagai ruang keluarga dan senthong.

"EIFFEL" Sang Perancang Menara Paris



Apa yang kita kenal dari Prancis? Menara Eiffel? Ya. Prancis memang masyhur oleh menara yang pada mulanya didirikan sekedar untuk dijadikan simbol Paris, ibu kota Prancis, tapi di kemudian hari menara ini sangat diperlukan bagi kepentingan aviasi dan meteorologi. Tapi tahukah kita siapa arsitek di balik pendirian Eiffel?
Adalah Gustave Eiffel, yang punya gagasan mendirikan menara yang terletak di pusat kota Paris. Dibangun sebagai menara yang dapat dijadikan simbol pada Pameran Dunia dan perayaan Revolusi Perancis, menara dengan bendera yang berkibar di puncaknya itu kemudian diresmikan pada 31 Maret 1889.
Saat itu, tak semua orang bersorak-sorai atas pendirian menara. Kecaman dan protes keras datang dari penduduk Paris dan kalangan intelektual, bahkan telah terjadi sepanjang pembangunannya. Menara yang menghabiskan dana jutaan dolar AS itu dianggap sebagai pemborosan dan lambang kecongkakan. Apalagi, saat itu Prancis dan negara-negara lain di dunia sedang mengalami krisis. Eiffel menjadi kurang populer.

Tapi Gustave berusaha meyakinkan pemerintah dan masyarakat Prancis bahwa menara itu tak sekedar sebuah simbol, melainkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai penelitian meteorologi, radiotelegrafi dan aerodinamika, termasuk radio dan kegiatan aviasi. Ringkasnya, sepuluh tahun setelah menara itu diresmikan, kegiatan radio yang pertama sudah dapat dimulai. Eugene Ducreate, yang bekerja di pusat penelitian di Pantheon, Paris, menerima sinyal yang pertama dari Eiffel.
Gustave Eiffel membangun menara Eiffel dibantu oleh, antara lain, para insinyur Maurice Koechlin dan Emile Nouguier serta Stephen Sauvestre sebagai arsitek. Rencana proyek itu dimulai pada 1884. Pembanguanannya sendiri dimulai pada 1887 dan selesai 26 bulan kemudian. Sesuai rencana, menara ini akan dirobohkan setelah berlangsungnya pekan Pameran Dunia 1900. Akan tetapi, berkat argumentasi Gustave mengenai aneka kegunaan yang dapat dipetik dari menara itu, terutama setelah percobaan awal transmisi radio yang dikendalikan oleh Angkatan Bersenjata Prancis, menara Eiffel akhirnya berhasil dipertahankan.
Gustave banyak belajar mengenai angin dan cuaca sebelum mendirikan menara Eiffel, termasuk teknik pendulum. Hal ini berguna agar menara dapat berdiri kokoh, tetap tegak meski dihantam badai dan hujan lebat sekalipun. Selain itu, Gustave juga banyak mempelajari teknik konstruksi karena menara ini membutuhkan kerangka yang rigid dan kuat.
Untuk itu, Gustave merancang besi baja yang dikaitkan dalam bentuk persilangan yang diperkuat dengan 2,5 juta buah paku. Kerangka Gustave terbukti tahan dari serangan angin dan walaupun bahannya dari besi, berat menara hanya 7.300 ton. Pada mulanya, ketinggian menara dari tanah sampai tiang bendera tingginya 312.27 meter. Saat ini, ketinggian menara menjadi mekar hingga 324 meter karena di atasnya terdapat antena televisi. Banyak perusahaan televisi Prancis yang memanfaatkan Eiffel sebagai tempat memasang alat transmisi, hal ini menjadi pembuktian lain tentang betapa menara ini memiliki banyak kegunaan di kemudian hari.
Saat ini menara Eiffel dimiliki oleh Pemerintah Daerah Paris dan dikelola perusahaan swasta, Société Nouvelle de l'Exploitation de la Tour Eiffel. Kerangka besinya direnovasi setiap tujuh tahun sekali dan warnanya diputar dengan 50 ton cat. Renovasinya digarap oleh pekerja yang menguasai olah raga alpinis dan akrobatis. Agar menara tampil cantik, menara itu kini diterangi oleh 352 projektor berkekuatan 1.000 watt dan berkedip setiap setengah jam pada malam hari, dengan 20.000 bola lampu dan 800 lampu disko. Supaya lebih hidup, 4 lampu laser xenon berkekuatan 6.000 watt berputar secara permanen di puncak menara.
Alexandre Gustave Eiffel lahir di Dijon, Prancis, pada 1832. Ia memetik pendidikan formalnya di Ecole Centrale des Arts et Manufactures, Paris, pada 1855 dan bergabung dengan perusahaan Belgia dengan spesialisasi peralatan kereta api. Ia mulai berdikari dan mendirikan firma sendiri pada 1864, setelah memantapkan kariernya sebagai engineer-contractor. Atas dedikasinya di dunia konstruksi dan rancang bangun, Eiffel dikenal sebagai master konstruksi berat. Sepanjang kariernya, ia banyak membangun jembatan dan pembangunan berkonstruksi besi lainnya, termasuk Menara Eiffel. Gustave Eiffel meninggal di Paris pada 1923. (TEMPO) 

Jumat, 26 April 2013

WATER PURIFICATION SKYSCRAPER IN JAKARTA WATER PURIFICATION SKYSCRAPER IN JAKARTA


Second Place
2010 Skyscraper Competition
Rezza Rahdian, Erwin Setiawan, Ayu Diah
Shanti, Leonardus ChrisnantyoIndonesia
The city of Jakarta, Indonesia, was originally designed in the confluence of thirteen rivers which were used for transportation and agriculture. The largest of its rivers is The Ciliwung River, which has been extremely polluted during the last couple of decades, characterizes by hundreds of slums inhabited by thousands of people in marginal conditions.
The Ciliwung Recovery Program (CRP) is a project that aims to collect the garbage of the riverbank and purify its water through an ingenious system of mega-filters that operate in three different phases. The first one separates the different types of garbage and utilizes the organic one to fertilize its soil. The second phase purifies the water by removing dangerous chemicals and adding important minerals to it. The clean water is then fed to the river and to the nearby agricultural fields through a system of capillary tubes. Finally in the third phase all the recyclable waste is processed.
One of the most important aspects of this proposal is the elimination of the slums along the river. The majority of the people will live and work at the CRP which could be understood as new city within Jakarta. The CRP project will be a 100 percent sustainable building that will produce energy through wind, solar, and hydroelectric systems.


Avana Apartments oleh Aboday Architects

Proyek apartemen 16 lantai ini terletak di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, sebuah lingkungan yang terkenal dengan koleksi pohon-pohon dan taman yang luas. Konsep awal dari proyek ini adalah membuat sebuah apartemen dengan memiliki 8 lantai yang mempunyai balkon. Awalnya bangunan ini dirancang oleh perusahaan konsultan arsitektur asal Singapura, SCDA Pte.Ltd yang kemudian digantikan oleh Aboday setelah sebelumnya perencanaan sempat terhenti selama sekitar beberapa bulan pada tahun 2006.
Hidup dengan berada ‘di atas tanah’ seperti di apartemen ini merupakan sebuah hal yang baru bagi masyarakat setempat yang terbiasa dengan ide tinggal di ‘landed house’. Mmaka pengenalan balkon yang luas yang mengelilingi setiap unit merupakan sebuah tiruan dari konsep ‘halaman’ di rumah ‘normal’. Terdiri dari 64 unit apartemen yang luasannya berkisar antara 180 meter persegi hingga 460 meter persegi (untuk penthouse), dan dengan setiap ruang pribadi yang luas ditambah dengan area service, apartemen ini merupakan lambang ‘landed house’ yang ditumpuk di atas satu sama lain, menciptakan sebuah rumah di langit. Gagasan tentang ruang internal-eksternal yang cair juga dieksplorasi dalam setiap penciptaan ruang pada bangunan ini. Sebuah lobi ketinggian 6 meter, yang membuka langsung ke kolam renang publik dan taman dirasa dapat memulai sebuah pengalaman ruang di lantai dasar ketika orang memasuki gedung. Konsep internal-eksternal ruang ini pun terlihat lebih jelas di setiap unit di lantai atas. Hampir tidak ada batas terlihat antara unit internal, balkon, (dan bahkan langit …….) sebagai akibat dari penggunaan ekstensif panel kaca tempered untuk pintu, jendela dan pagar balkon.
Salah satu fitur utama dari bangunan ini adalah pengenalan beberapa balkon dan kolam renang pribadi untuk unit tertentu yang menonjol yang diletakan secara berirama sepanjang 3 meter melampaui perimeter bangunan, melepaskan suasana ‘ketegangan’ dalam unit menuju pemandangan cakrawala kota Jakarta. Kolam renang yang memiliki panjang 2,5 x 11 meter dengan kaca pada ujungnya, menawarkan sebuah pengalaman baru untuk para penghuni. Ditambah pula adanya taman dan reflecting pool, bertindak sebagai katalisator antara rumah pribadi dan konteks perkotaan bangunan. Ketika sebagian besar bangunan apartemen di Jakarta selalu diidentifikasi dengan menggunakan material-material yang “dipoles”, Aboday tertarik untuk merancang sebuah bangunan tinggi dengan lebih ‘bertekstur’. Mereka membayangkan Apartment Avana memiliki fasad bertekstur yang ‘sedikit reflektif’. Konsep ini sejalan dengan gagasan mereka dalam menangkap semangat Kemang, dimana desain bangunan tersebut, bahwa ‘greeneries’ akan berkembang di udara. Juga dengan balkon luas yang mereka miliki, para penghuni diharapkan dapat memiliki kebun vertikal mini mereka sendiri. Sepanjang tahun, ketika pohon-pohon dan hijau mendominasi masing-masing ruang, permainan terjalin antara beton-kaca dan greeneries akan membiarkan Apartment Avana muncul sebagai permadani raksasa berdaun, meniru Kemang di sekitarnya
Architect: Aboday Architects (Indonesia)
Location: Jakarta, Indonesia
Project Architect: PT. Parama Loka Cipta
Developer: PT. Asiana Lintas Cipta
Management Construction: PT. Arkonin
Structure Consultant: PT. Agoes Kurnia
M & E Consultant: PT. Policipta Multidesain
Quantity Surveyor: PT. Korra Antarbuana
Lighting Consultant: PT. Litac Consultant
Photographs: Happy Lim

Sayembara Desain Arsitektur Tingkat Nasional 2013


Himpunan Mahasiswa Arsitektur Tricaka Universitas Atma Jaya Yogyakarta Present
Sayembara desain arsitektur tingkat nasional 2013
CP
Adhi: 085729036209
Tricakauajy.tumblr.com
 info dari: Andra Samosir

NB ! Silahkan Copy paste, dengan tetap mencantumkan sumber ke info-lomba.com juga. Trims :-) Follow twitter kami: @infolomba_indo

histat